Masuk semester baru, mata kuliah baru dan tentunya tugas baru.
BAB I
PEMBAHASAN MATERI
PENGENDALIAN INTERNAL AKUNTANSI TRADISIONAL TERHADAP PENGENDALIAN
INTERNAL BASIS INFORMASI AKUNTANSI
A.
Landasan Teori
Sebelum
mengenal lebih lanjut sistem pengendalian internal akuntansi berbasis informasi
(sistem informasi akuntansi ) pada diskusi ini kami
akan membahas sistem pengendalian internal secara tradisional atau manual,
menurut Mulyadi 2001 dalam bukunya Sistem Akuntansi, dan sistem pengendalian
internal dalam buku Sistem Informasi Akuntansi dalam buku James Hall 2004 :
A.1 Pengendalian
Internal Manual, Tradisional:
Menurut Mulyadi 2001, tujuan
pengendalian internal ialah:
1.
Menjaga kekayaan
perusahaan
2.
Mengecheck
ketelitian pengendalian akuntansi
3.
Mendorong
efisiensi
4.
Mendorong
dipatuhinya kebijakan manajemen
Tujuan diatas mendorongnya
kualitas sistem informasi akuntansi, dimana menurut Mulyadi 2001: akuntansi yang berkualitas dengan informasi
yang:
1.
Akurat,
2.
Relevan
3.
Tepat waktu
4.
Lengkap
Ditambahi dengan kualitas lainnya menurut Romney 2008:
1.
Dapat dipahami
2. Dapat diverifikasi
Semua
itu harus memenuhi Syarat – syarat pengendalian
internal sebagai berikut:
1
Struktur
Organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional
secara tegas
2
Sistem wewenang
& prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, hutang,
pendapatan dan biaya
3
Praktek sehat
dalam melaksanakan pekerjaan dan fungsi setiap organisasi
4
Karyawan yang
sesuai dengan tanggung jawabnya.
A.2 Pengendalian
Internal pada Sistem Informasi Akuntansi
Dari dasar pengendalian
internal secara tradisional dapat kita simpulkan, studi kita dalam pengendalian
internal berdasarkan SAS 78, yaitu Otorisasi
Pengendalian, pemisahan tugas, pengawasan. Pengendalian akses, catatan
akuntansi yang memadai, dan verifikasi independen.
Aktifitas
aktifitas pengendalian ini muncul dalam menanggapi resiko fundamental, yang
dalam skenario teknologi berbeda juga akan berubah sifatnya, tetapi tidak
menghilangkan tujuan dasar pengendalian internal secara tradisional dan berbasis
informasi teknologi.
Dijelaskan bahwa Pengendalian Internal Berbasis
Informasi, menurut James A. Hall 2004 ialah:
1. Otorisasi
Transaksi
Secara tradisional proses
otorisasi hanya memproses transaksi yang sah dalam ruang lingkup otoritas yang
telah ditentukan:
Contoh:
dalam sistem pembelian manual, pembelian persediaan dari pemasok yang ditunjuk
ketika tingkat persediaan mencapai titik pemesanan kembali memerlukan otorisasi
oleh Jawatan lebih tinggi seperti mana digambarkan flowchat pembelian barang
dan prosedur pihak – pihak yang terkait disemester lalu kita pelajari.
Beda
dengan lingkungan CBIS, computer based information system, atau sistem
informasi Akuntansi berbasis computer, transaksi seringkali di otorisasi oleh
peraturan yang sudah terprogram dalam program komputer.
Misalnya: sebuah sistem pembelian akan menentukan
kapan, berapa banyak dana dari pemasok mana persediaan – persediaan tersebut
dipesan. Transaksi tersebut dapat dilakukan secara otomatis tanpa melibatkan
manusia. Namun demikian sulit untuk untuk menentukan apakah transaksi ini
sesuai dengan keinginan manusia, dan tentu saja proses produk pesanan tidak
harus dilakukan pasokan barang setiap saat karna memerlukan tempat penyimpanan
yang lebih lanjut walaupun di database informasi menentukan untuk meng-order
kembali bahan mentah yang telah habis tersebut (atau perusahaan hanya membeli
pasokan bahan baku ketika dibutuhkan atau tidak), atau persediaan dibeli oleh
pemasok yang telah disetujui, karna
prosedur otorisasi otomatis pembelian ini tidak diawasi oleh pihak manajemen.
Dalam
lingkungan pengendalian internal berbasi sistem informasi dibutuhkan tanggung
jawab otorisasi yang tepat terletak pada ketepatan dan integritas program
komputer yang melakukan tugas ini.
2. Pemisahan Tugas
Dalam
sebuah sistem manual akuntansi, salah satu bentuk pengendalian internal ialah
pemisahan tugas tugas yang bertentangan selama proses transaksi oleh satu
otorisasi ke otorisasi yang lain.
Para
individu diberikan tanggung jawab masing
– masing seperti terlampir di Job Descriptionnya masing – masing dimana
penipuan hanaya bisa terjadi jika ada
kolusi dari dua individu atau lebih yang tidak saling bersesuaian tugas –
tugasnya
Namun
pada lingkungan CBIS atau Sistem Informasi Akuntansi tidak sama dengan manual,
bahwasanya sebuah program komputer dapat melakukan banyak
tugas yang tidak dapat dilakukan dalam lingkungan manual,
Contoh
: sebuah program komputer dapat mengotorisasi
pembelian, proses pesanan pembelian, dan rekord untuk utang usaha,
ketika faktur Produk Pesanan/Job Order masuk di entry oleh End User (Data
Entry) sebuah program dapat merekonsiliasi ke pesanan pembelian, dan menentukan
jumlah hutang yang akan dibayar/ kas yang akan dibayar dan mencetak form
pembayaran/utang.
Ini
bukan berarti pemisahan tugas tidak berperan dalam lingkungan sistem informasi
akuntansi berbasi CBIS, namun penekanan pengendalian bergeser ke aktifitas -
aktifitas yang dapat mengancam integritas aplikasi,
Maka
fungsi – fungsi programlah yang harus terpisah seperti, aktifitas pengembangan
program, operasi program, dan pemeliaharaan program, yang ada pada sistem
informasi akuntansi yakni DBS (database manajemen sistem) yang mengawasinya
ialah DBA database administrator yang sudah dirancang oleh programer.
3.
Pengawasan
Bahwasanya perusahaan membutuhkan dan mempekerjakan
personel
Personel
yang “kompeten dan dapat dipercaya” mendukung efisiensi pengawasan , karna
perusahaan dapat membangun jangkauan pengendalian, dimana seorang manajer dapat
mengawasi beberapa karyawan dalam melaksanakan tugas yang dibawah tanggung
jawabnya, dalam sistem manual pengendalian cenderung bersifat langsung dimana
manajer dan lini-lini karyawannya berada pada satu lokasi fisik yang sama.
Dalam
lingkungan CBIS, terwujudnya sistem informasi akuntansi yang berteknologi
komputerisasi pengawasan harus lebih besar untuk beberapa alasan:
1.
Teknologi
pemroresan data menjadi sebuah informasi pada komputer menciptakan lingkungan
yang semakin rumit, menuntut adanya karayawan dengan keahlian yang unik dan ber
Hi-Tech ataupun melek teknologi dan Basis Data Informasi.
2.
Sebagian
profesional sistem, berada dalam posisi otoritas yang mengizinkan akses
langsung dan tidak terbatas ke berbagai program dan data organisasi, dimana
contoh: akses oleh Password dan ID yang dapat diperoleh untuk mengoleksi data
dan informasi dalam pekerjaan.
3.
Alasan ketiga,
ketidakmampuan pihak manajemen untuk mengamati para karyawan secara memadai
dalam lingkungan CBIS.
Contoh: Dimana personel pemroresan data (DBA) mungkin
berdomisili di beda tempat dengan Pengguna, menjalankan fungsi mereka dari jauh
secara elektronik, jadi pengendalian – pengendalian pengawasan dirancang untuk
mengompensasi kurangnya pengawasan secara langsung.
4. Catatan Akuntansi
Dalam
akuntansi manual, organisasi harus menyimpan catatan akuntansi dalam bentuk
dokumen asli/arsip/sumber, jurnal dan buku besar, serta
laporan – laporan keuangan. Catatan – catatan tersebut menjadi jejak audit
untuk informasi – informasi uang dapat digunakan menelusuri transaksi saat
dimulai sampai pada disposisi terakhir, dalam wujud kualitas sistem informasi
akuntansi yang dapat diverifikasi.
Dalam
akuntansi berbasis sistem informasi database/komputerisasi CBIS, catatan –
catatan tersebut tidak diperlukan fisihknya, namun diperlukan softcopynya
berbentuk PDF, XPS, JPEG,dll lalu di filekan secara magnetis diberbagai alat
penyimpanan besar seperti Filezilla dan macam – macam storage lainya.
Jurnal
dalam makna tradisional tidak ada dalam lingkungan CBIS, namun sebagai gantinya
ayat jurnal atau catatan transaksi yang sesuai sering dipisahkan dan disimpan
dalam file basis data yang dinormalisasi. Jejak audit untuk mengverifikasi
antara catatan magnetis ini bisa berupa pointer, teknik hashing, indeks
dan kunci yang dilekatkan. Untuk
memenuhi tanggung jawabnya pihak manajemen perusahaan, akuntan, auditor harus
memahami prinsip – prinsip operasional dari sistem manajemen data yang
digunakan tersebut.
5. PENGENDALIAN
AKSES
Akses
ke aktiva perusahaan ataupun Keuangan perusahaan yang ada disistem harus
dibatasi hanya pada personel yang memiliki otoritas seperti penggunaan USER ID
dan PASSWORD, terdapat dua ancaman pada sistem informasi akuntansi: ancaman
penipuan komputer dan bencana alam.
BAB II
PENGENDALIAN
INTERNAL
SISTEM
INFORMASI AKUNTASI YANG BAIK
B.
Proses Pengendalian Internal yang baik pada Sistem
Informasi Akuntansi
Untuk
mencegah terjadinya kerugian – kerugian dalam pengendalian internal pada sistem
informasi akuntansi,setelah mengetahui pengendalian internal secara manual oleh
mulyadi, kita jelaskan pengendalian internal pada sistemnya informasi nya
menurut James A. Hall sebagai berikut:
B1. Keamanan
Sistem Operasi
Keamanan
sistem operasi melibatkan kebijakan, prosedur dan pengendalian yang menentukan
siapa saja yang dapat mengakses sisem operasi, sumber daya (file, program,
printer) dan tindakan apa saja yang dapat mere lakukan.
Berikut
dibawah ini komponen kemanan yang terdapat pada sebuah sistem operasi:
1.
Prosedur LOG-
ON, sistem pengendalian ID dan kata sandi yang diwajibkan untuk akses masuk
oleh user yang berotorisasi
2.
Kartu Akses,
semua informasi batasan batasan akses pengguna terdapat pada sistem informasi
dalam kartu akses, berfungsi untuk meyetujui semua tindakan yang berusaha
dilakukakn oleh pengguna terhadap sesi tersebut.
3.
Daftar
Pengendalian Akses, seperti direktori , file program dan printer dikendalikan
oleh sebuah daftar akses setiap sumber daya. Daftar ini mendefinisikan hak istimewa akses untuk
semua pengguna sumber daya yang sah.
4.
Pengendalian
akses diskresioner, dimana administrator pusat biasanya menentukan siapa yang
memperoleh akses ke sumber daya sistem operasi tertentu dan mempertahankan
daftar pengendalian aksesnya.
Namun para pemilik sumber daya dalam daftar akses ini
dapat diberikan pengendalian akses diskresioner, yang memungkinkan mereka bisa
memberikan hak istimewa kepada pengguna lainnya.
Misalnya: kontroler yang berhak atas buku besar umum,
memberikan hak istimewanya untuk dibaca (read only) kepada jabatan yang lain
diberikan hak istimewa tersebut.
B2. Pengendalian terhadap Virus dan Program
dekstruktif lainnya
Virus dan
program – program penghancur lainnya dapat merugikan informasi yang terdapat
pada sistem informasi akuntansi, maka layak diberikan piranti lunak yang asli
dan bersegel, menginstal dan upgrad antivirus dan pencegahan lainnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Hall, James A. Sistem
Informasi Akuntansi. Jakarta Pusat : Salemba Empat, 2004
Mulyadi. Sistem
Akuntansi. Jakarta : Salemba Empat,2001
Semoga bermanfaat :)